Lewati navigasi

Monthly Archives: September 2007

Obrolan saya dan temen saya beberapa malam yang lalu

Saya : Jadi, mana yang harus aku pilih, mengikuti hati nurani, atau otak?

Temen Saya (TS) : Sebenarnya Say, yang paling hal yang paling mendasar dari diri kita cuma diketahui hati kita, jadi kalau menurutku, apabila kita memilih sesuatu kita harus dengarkan apa kata hati kita.

Saya : Lalu, apa gunanya dong kita diberi otak? Logika buat berpikir?

TS : Tapi, keputusan menggunakan logika cenderung dipengaruhi o oleh berbagai pertimbangan, sehingga tidak murni lagi.

Saya : Maksut lo???

TS : Begini maksudnya, (Diem sebentar, mungkin untuk nyari posisi duduk yang lebih enak, mungkin buat ngupil, mungkin buat ngebenerin jenggot, saya nggak tau, soalnya obrolan ini dilakukan lewat ponsel CDMA saya yang nyiksanya nauzubillah…). Semakin luas tingkat intelektual seseorang, mungkin karena disebabkan tingkat pendidikan yang baik, atau karena wawasan yang semakin luas, maka kecenderungan logika seseorang terkontaminasi akan semakin tinggi, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi jalan pikiran orang tersebut. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil oleh orang yang menggunakan logika, secara matematis mungkin benar, tapi secara nurani bisa jadi tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Saya : Jadi, aku harus memilih menggunakan yang mana dong?

TS : Jangan tanya aku, tanya nurani-mu…

Aaaaaaaaargh, ribet! Ngapain seh saya harus buang-buang waktu saya curhat dengan makhluk ini? Kenapa juga semakin bertambah umur kita, kita harus semakin sering berhadapan dengan masalah yang complicated, kenapa nggak kayak dulu aja saat semua pilihan cuma semudah beli permen cokelat atau stroberi, nyolong pulpen temen atau ditimpuk aja kepalanya, atau pulang sekolah ntar mau kerumah Ade atau kerumahnya Tisa aja..

Nggak ada keputusan apapun yang saya ambil sejak perbincangan disubuh buta itu, saya memilih untuk tidak mengambil keputusan, tidak menggunakan hati dan tidak menggunakan otak. Saya terlalu takut untuk menerima resikonya, saya takut salah pilih juga nantinya. Tapi saya setuju dengan kata-kata teman saya itu, bahwa ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi logika –dan jalan pikiran seseorang-, tingkat pendidikan, pergaulan, wawasan, dan waktu (sebagai tambahan dari saya pribadi, he..)

**

You used to say our, us and we every now and then.

But now its my, me and I.

There’s no my name anymore in your future…