Lewati navigasi

Monthly Archives: Maret 2008

Ah, sudah lama sejak postingan terakhir saya… Setelah mulai bekerja kembali, kesibukan memang menjadi rutinitas yang tidak pernah selesai. Giliran tugas sudah kelar, saya sudah sangat lelah, sehingga males untuk singgah kewarnet, mengingat jasa merekalah yang saya gunakan untuk menjelajah internet setelah saya berhenti dari kantor yang lama, he…

Banyak sekali kejadian menarik setelah saya menekuni pekerjaan baru ini, setelah sempat jobless beberapa lama. Pekerjaan baru saya menuntut saya berinteraksi dengan banyak orang, mulai dari masyarakat kecil hingga pejabat dan anggota dewan. Sulit sekali menyesuaikan diri awalnya, mengingat saya terbiasa bekerja sendiri tanpa melibatkan orang lain.

Beberapa waktu yang lalu, saya bersama dua orang anggota dewan berkunjung keperpustakaan daerah Kalimantan Selatan, sebelumnya saya sudah cukup sering datang keperpustakaan ini sebagai pengunjung dan pemburu buku klasik (faktanya memang begitu, kebanyakan buku-buku di perpustakaan daerah Kalsel, adalah buku-buku lama atau cetakan pertama). Tetapi mungkin untuk bapak-bapak anggota dewan tersebut, itu adalah kedatangan mereka yang pertama sejak sekian lama, dan tentu saja mereka terperangah melihat keadaan tempat yang disebut sebagai gudang ilmu tersebut. Mungkin kejadian yang sama juga terjadi di beberapa perpustakaan lain yang dikelola oleh pemerintah daerah, sementara tradisi cinta membaca semakin gencar diserukan kepada masyarakat, sarana yang paling mudah dan murah untuk dijangkau masyarakat malah diabaikan.

Keadaan memprihatinkan pertama yang paling mudah ditangkap pandangan adalah, ketika pengunjung naik ke lantai 2 tempat dimana buku-buku koleksi perpustakan ditemptkan, akan langsung terlihat kotoran-kotoran berwarna hitam dilantai perpustakaan, yang ternyata adalah KOTORAN KELELAWAR! Suli sekali pasti untuk menikmati apapun bacaan anda, walaupun itu novel porno, ditempat dimana kotoran kelelawarnya bisa mencapai satu plastic besar dalam 3 hari.  Kondisi menyedihkan lainnya adalah, kondisi rak buku yang sudah lapuk dimakan jaman, dan ternyata, apabila hujan lebat dating, konstruksi bangunan yang tinggi tidak bisa melindungi buku dan rak nya dari terpaan hujan yang dibawa angin, bukankah kelembaban akan mempengaruhi kualitas dan umur buku? Keadaan seperti ini disiasati para pustakawan disana dengan menutup rak buku dan isinya, dengan terpal, persis seperti pedagang kaki lima..

Masalah lainnya yang dialami perpustakaan ini, adalah masalah semua orang, masalah klasik, yaitu dana. Dengar-dengar, perpustakaan ini Cuma mempunyai jatah 800 juta pertahun untuk membeli koleksi buku terbaru,itupun dianggarkan satu buku hanya berharga 60 ribu rupiah! Sementara, berapa harga buku berkualitas termurah yang ada dipasaran? Tidak heran di Banjarmasin, hotspot dibangun hanya untuk kepentingan komersil…

Inti  dari postingan kali ini adalah, betpa tidak sinkronnya apa yang diinginkan oleh pemerintah dengan apa yang mereka berikan kepada masyarakat. Ditengah himpitan ekonomi seperti sekarang, masyarakat lebih memprioritaskan membeli pengisi perut daripada buku yang tidak mengenyangkan. Jadi jangan salahkan masyarakat Indonesia dong kalo mengatakan buku bukan prioritas utama mereka..